“ Sya’ban
dan malam nisfu Sya’ban “
Rasulullah SAW bersabda:
‘Barangsiapa yang mengingatkan kedatangan bulan ini (nisfu Sya’ban), haram api
neraka baginya. Amiin’.”
Itulah hadist popular di bulan Sya’ban ini. Sejak memasuki
bulan Sya’ban, pesan tersebut di atas selalu saya dapatkan, baik via SMS maupun
BBM. Banyak umat Islam yang langsung men-forward pesan-pesan seperti
itu. Namun biasanya saya langsung berkonsultasi dengan beberapa Ustaz untuk
mengecek kebenaran hadist tersebut, termasuk mencari di mesin pencari Mbah
Google.
Namun, menurut Komisi Penelitian MUI dan Wakil Sekjen
MIUMI, Ustaz Fahmi Salim, M.A., hadist itu setelah dilacak tidak ada sumbernya
yang jelas “La Ashla Lahu” di dalam kitab-kitab sahih, sunan, dan
musnad hadist. Ia hanya ada ditulis dalam kitab durratu Nasihin karya ulama
abad ke-13 H, yang terbiasa mengutip hadist-hadist yang lemah, bahkan palsu.
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam pernah pernah
bersabda:
“Barang siapa
mengada-adakan satu perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah ada,
maka ia tertolak “. (HR. Bukhari Muslim)
Dalam riwayat Muslim telah disebutkan:
“Barang siapa mengerjakan
perbuatan yang tidak kami perintahkan (dalam agama) maka ia tertolak“.
Bermaaf-maafan, terhadap sesama muslim, jelas wajib. Tidak
ada larangan untuk hal itu. Hal tersebut sebagaimana sabda Rasulullah SAW dari
Anas bin Malik ra.: “Janganlah kalian saling memutuskan hubungan, jangan
saling membelakangi, jangan saling bermusuhan, jangan saling hasud. Jadilah
hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim untuk tidak
bertegur sapa dengan saudaranya di atas tiga hari.”. (HR Muttafaq
‘alaihi). Dalam riwayat lain disebutkan: dari Abi Ayyub ra bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim memboikot (tidak
bertegur) dengan saudaranya di atas tiga hari, mereka bertemu, sebaik-baik
mereka adalah yang memulai dengan salam.”.(HR Muttafaq ‘alaihi).
Namun, jika ada satu perkara yang dilebih-lebihkan, seperti
perayaan-perayaan yang dilakukan sepanjang bulan Sya’ban atau SMS maupun BBM
yang sekadar kirim tanpa dicek dan ricek kebenarannya, tentu kita wajib mencari
tahu apakah Rasulullah SAW melakukan amalan tersebut atau tidak. Jika tidak,
sebaiknya tidak dilakukan.
Hadits Ke-5 Dari Ibunda kaum mu’minin, Ummu Abdillah
‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha, dia berkata: “Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: ‘Barangsiapa yang mengada-adakan
sesuatu (amalan) didalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka
(amalan) itu tertolak.’ (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan dalam
riwayat Muslim: “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada
perintahnya dari kami, maka itu tertolak.”
Malam Nishfu Sya’ban itu sama seperti malam lain. Dalam
Liqo’ Al Bab Al Maftuh, kaset no. 115, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin
rahimahullah mengatakan, “Malam Nishfu Sya’ban
sebenarnya seperti malam-malam lainnya. Janganlah malam tersebut dikhususkan
dengan shalat tertentu. Jangan pula mengkhususkan puasa tertentu ketika itu.
Namun catatan yang perlu diperhatikan, kami sama sekali tidak katakan,
“Barangsiapa yang biasa bangun shalat malam, jangalah ia bangun pada malam
Nishfu Sya’ban. Atau barangsiapa yang biasa berpuasa pada ayyamul biid (tanggal
13, 14, 15 H), janganlah ia berpuasa pada hari Nishu Sya’ban (15 Hijriyah).
“Ingat, yang kami maksudkan adalah jangalah mengkhususkan malam Nishfu Sya’ban
dengan shalat tertentu atau siang harinya dengan puasa tertentu.”
Dalam I’tiqod Ahlis Sunnah yang dikeluarkan oleh Abu Utsman
Ash Shobuni, Abdullah bin Al Mubarok rahimahullah pernah ditanya tentang Allah
swt yang turun di malam Nishfu Sya’ban. Beliau lantas memberi jawaban, “Wahai orang yang lemah! Yang engkau maksudkan adalah
malam Nishfu Sya’ban?! Perlu engkau tahu, bahwa Allah itu turun di setiap
malam.“
Wallahu alam bissawab
Review and Created By
Sholdan Hady
(Staf Pengajar Yayasan Al Kautsar Lampung)